Sabtu, 21 November 2015

Pengaruh Utang Luar Negeri dan PMA terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Data Utang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing (PMA), dan
Pertumbuhan Ekonomi di IndonesiaTahun 1983-2013

Tahun
Utang LN
PMA
Pertumbuhan Ekonomi
(Dalam Trilyun)
(Dalam Trilyun)
(Dalam Persen)
1983
302,29
1.241,12
3
1984
320,26
922,08
7
1985
267,15
1.300,11
2,5
1986
429,16
13.562,10
5,9
1987
524,95
1.457,10
5,3
1988
540,79
4.434,50
5,4
1989
594,02
4.718,80
7,4
1990
698,72
8.750,10
7,2
1991
795,48
8.778,20
7
1992
880,02
10.340,00
6,5
1993
891,72
8.141,80
6,5
1994
1.078,24
23.724,30
7,6
1995
1.243,98
39.914,70
4,7
1996
1.289,41
29.931,40
7,8
1997
1.243,98
33.832,50
4,7
1998
1.289,41
826,20
-13
1999
1.361,73
10.890,60
0,8
2000
1.728,71
15.413,10
4,9
2001
1.509,91
15.043,90
3,5
2002
1.444,07
9.744,10
4,4
2003
1.340,44
13.207,20
4,8
2004
1.322,08
10.277,30
5
2005
1.455,50
13.579,30
5,7
2006
1.326,33
14.093,96
5,5
2007
1.411,80
15.038,25
6,3
2008
1.550,80
16.603,73
6,1
2009
1.512,36
17.677,99
4,6
2010
2.024,13
18.821,76
6
2011
2.253,75
20.747,23
6,1
2012
2.523,64
24.564,72
6,2
2013
2.640,60
29.797,00
5,8
Sumber : Bank Indonesia 2014


            Variabel dependen yaitu variabel yang terikat, variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam data di atas, variabel dependen nya yaitu pertumbuhan ekonomi tahun 1983-2013. Sedangkan variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terkait, dan dalam data di atas, variabel independen nya adalah penanaman modal asing dan utang luar negeri tahun 1983-2013.
            Utang luar negeri (Todaro, 1998:163) adalah seluruh pinjaman serta konsensional baik secara resmi dalam bentuk uang tunai maupun bentuk aktiva lainnya, yang secara umum ditunjukkan untuk mengalihkan sejumlah sumber daya negara maju ke negara berkembang untuk kepentingan pembangunan atau sebagai distribusi pendapatan.
            Utang luar negeri adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan, atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank swasta, pemerintah negara lain, atau lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia (Bank Indonesia, 2012).
            Penanaman Modal Asing (PMA) adalah aliran modal asing yang berasal dari luar negeri yang mengalir ke sektor swasta baik yang melalui investasi langsung (Direct Investment) maupun investasi tidak langsung (portofolio). Penanaman modal asing merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan. PMA ini memberikan andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen, serta membuka lapangan pekerjaan baru.
            Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh dan berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia senantiasa mengalami perkembangan yang fluktuatif.
Pengaruh utang luar negeri dan penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi :
1.      Pengaruh Utang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi
      Dugaan sementara menyatakan bahwa utang luar negeri berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Akan tetapi, hasil pengaruhnya bisa saja negatif. Hal ini disebabkan dalam jangka panjang, peningkatan utang luar negeri akan memberikan dampak semakin bertambahnya beban pemerintahan untuk mengembalikan utang-utang yang ada, seiring dengan bertambahnya kebutuhan keuangan negara, sehingga akan berdampak terhadap penurunan perekonomian negara.
      Akumulasi dari utang luar negeri harus dibayar melalui APBN, dan ini artinya menjadi tanggung jawab pajak. Dengan demikian, dalam jangka panjang pembayaran utang luar negeri oleh pemerintah sama saja dengan mengurangi tingkat kemakmuran dan kesejahteraan rakyat mendatang.
      Hal ini sesuai dengan ekonom klasik / neo klasik yang menggambarkan ketika terjadi kenaikan utang luar negeri dimana fungsinya untuk membiayai pengeluaran pemerintah, hanya akan berpengaruh positif dalam jangka pendek. Namun ketika dalam jangka panjang, utang luar negeri tidak memberikan dampak yang signifikan karena mengalami overload dimana berdampak pada menurunnya nilai investasi swasta yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya produk domestik bruto.
2.      Pengaruh Penanaman Modal Asing terhadap Pertumbuhan Ekonomi
      Penanaman modal asing memberikan peranan dalam pembangunan ekonomi di negara yang sedang berkembang. Modal asing mampu mengurangi kekurangan tabungan dan melalui pemasukan peralatan modal dan bahan mentah, dengan demikian menaikkan laju pemasukan modal.
      Selain itu, tabungan dan investasi yang rendah mencerminkan kurangnya modal di neggara keterbelakangan teknologi. Bersamaan dengan modal uang dan modal fisik, modal asing yang membawa serta keterampilan teknik, tenaga ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar, teknik-teknik produksi maju, pembaharuan produk, dan lain-lain. Selain itu juga melatih tenaga kerja setempat pada keahlian baru. Semua ini pada akhirnya akan mempercepat pembangunan ekonomi negara terbelakang.

Kesimpulan :
1.     Utang luar negeri berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, hal ini disebabkan akumulasi dari utang luar negeri pemerintah harus dibayar melalui APBN, artinya menjadi tanggung jawab pajak. Dengan demikian, dalam jangka panjang pembayaran utang luar negeri sama artinya mengurangi tingkat kemakmuran dan kesejahteraan mendatang.
2.  Penanaman modal asing berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, artinya penanaman modal asing akan berpeluang membuka lapangan kerja dan menggerakkan roda perekonomian pemerintah, sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. 

Korelasi

Jumlah Tenaga Kerja Industri Mikro dan Kecil Menurut Provinsi, 2013-2014




Province
2013
2014
Mikro
Kecil
Mikro
Kecil
11
Aceh
130.174
26.670
111.695
13.283
12
Sumatera Utara
125.586
149.705
152.531
70.824
13
Sumatera Barat
102.837
67.518
119.158
39.966
14
R I a u
29.854
11.656
28.775
9.286
15
J a m b i
44.760
16.463
49.399
13.884
16
Sumatera Selatan
106.320
108.223
120.280
44.236
17
Bengkulu
22.970
7.628
23.727
5.008
18
Lampung
189.506
86.867
202.090
72.574
19
Bangka Belitung
19.187
12.820
15.202
3.727
21
Kepulauan Riau
21.681
18.103
21.512
5.372
31
DKI Jakarta
50.340
173.357
38.336
205.467
32
Jawa Barat
768.672
909.687
859.857
473.281
33
Jawa Tengah
1.196.625
1.287.590
1.437.952
497.046
34
DI Yogyakarta
120.966
115.051
126.729
59.903
35
Jawa Timur
1.072.286
723.019
1.195.368
347.668
36
Banten
122.128
62.860
131.132
43.656
51
B a l i
141.588
170.151
182.300
78.022
52
Nusa Tenggara Barat
154.847
63.298
166.862
153.099
53
Nusa Tenggara Timur
166.667
30.849
187.248
20.509
61
Kalimantan Barat
69.978
14.981
67.571
8.737
62
Kalimantan Tengah
32.924
7.732
35.292
8.243
63
Kalimantan Selatan
99.559
32.859
109.164
25.664
64
Kalimantan Timur
40.502
30.736
31.717
14.957
71
Sulawesi Utara
65.868
19.489
61.792
420
72
Sulawesi Tengah
56.664
23.110
70.867
12.976
73
Sulawesi Selatan
174.965
68.019
185.371
50.698
74
Sulawesi Tenggara
108.901
56.251
133.545
18.935
75
Gorontalo
37.881
11.314
38.775
8.557
76
Sulawesi Barat
39.572
8.212
44.330
9.618
81
Maluku
56.405
5.082
55.113
1.266
82
Maluku Utara
13.670
730
11.440
639
91
Papua Barat
5.153
670
4.372
891
94
Papua
19.821
4.554
20.353
4.479
Indonesia
5.408.857
4.325.254
6.039.855
2.322.891
Sumber: Diolah dari Hasil Survei Industri Mikro dan Kecil, KBLI 2009

Data di atas diambil dari BPS

Korelasi

Interpretasi
Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa :
1.      Korelasi antara jumlah tenaga kerja industri kecil tahun 2013 dengan jumlah tenaga kerja industri kecil tahun 2014 sebesar 0,759 yang artinya bahwa keduanya mempunyai hubungan yang kuat.
2.      Korelasi antara jumlah tenaga kerja industri kecil tahun 2013 dengan jumlah tenaga kerja industri mikro tahun 2013 sebesar 0,434 yang berarti bahwa keduanya mempunyai hubungan yang lemah.
3.      Korelasi antara jumlah tenaga kerja industri kecil tahun 2013 dengan jumlah tenaga kerja industri mikro tahun 2014 sebesar 0,439 yang artinya bahwa keduanya mempunyai hubungan yang lemah.
4.      Korelasi antara jumlah tenaga kerja industri kecil tahun 2014 dengan jumlah tenaga kerja industri mikro tahun 2013 sebesar 0,120 yang artinya bahwa keduanya mempunyai hubungan yang sangat lemah.
5.      Korelasi antara jumlah tenaga kerja industri kecil tahun 2014 dengan jumlah tenaga kerja industri mikro tahun 2014 sebesar 0,120 yang artinya bahwa keduanya mempunyai hubungan yang sangat lemah.
6.     Korelasi antara jumlah tenaga kerja industri mikro tahun 2013 dengan jumlah tenaga kerja industri mikro tahun 2014 sebesar 0,997 yang artinya bahwa keduanya mempunyai hubungan yang sangat kuat.